Penyimpulan Deduksi dalam Kajian Politik

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Secara umum Ilmu adalah pengetahuan yang kita dapatkan dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Dari ilmu dapat dilahirkan pengetahuan sehingga pengetahuan dapat menegakan kebenaran. Dalam mempelajari filsafat ilmu  diharapkan manusia  dapat mengunakan penalarannya untuk dapat menemukan kebenaran, bersifat logika, deduksi dan induksi sebagai landasan dalam bertindak dan akhirnya dapat mengunakan meteode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Secara umum, berpikir filsafat dapat dilakukan melalui:
Pemikiran menyeluruh yaitu antara ilmu satu dengan ilmu lainnya dapat disatukan sehingga ditemukan nilai moral, nilai agama, dan nilai kebenaran sehingga membawa dalam kebahagiaan diri.
Mendasar ilmu didasarkan pada suatu kebenaran dia dikatakn benar karena melalui proses yang benar
Spekulasi adalah suatu proses berpikir memilih pikiran sebagai titik awal bagi penjelajahan pengatuhan.
Hasil pemikiran yang dimiliki manusia harus dinilai menjadi suatu titik kebenaran. Kebenaran yang tertanam dalam dirinya melalui diawali dari penalaran, logika, deduksi, induksi dan metode ilmiah. Perkembangan politik di Indonesia mengalami beberapa tahap yang pasang surut. Salah satu masalah utama bangsa Indonesia adalah bagaimana menghadapi dinamika politik dalam masyarakat. Hal-hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja sebab berdampak pada masyarakat banyak.
Perwujudan dinamika politik di kalangan elit politik sangat jelas tergambarkan dengan fenomena banyaknya para tokoh-tokoh politik yang melakukan retorika dan mengambil kesimpulan atas suatu permasalahan untuk memenuhi kepentingannya.
Penyimpulan politik yang dilakukan oleh para elit politik tentu tidak begitu saja, tetapi melalui proses dan cara tertentu. Salah satu penyimpulan selain penyimpulan induksi yaitu penyimpulan deduksi. Maka dari itu penting bagi kita untuk memahami penyimpulan deduksi dalam kajian politik.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana penyimpulan deduksi dalam kajian politik?
C.  Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.    Penyimpulan deduksi dalam kajian politik



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Penyimpulan Deduksi dalam Kajian Poltik
1.    Penyimpulan Deduksi
Pengertian logika deduktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya (form) serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian yang diturunkan dari pangkal pikiran yang jernih atau sehat’. Atau logika deduktif adalah ‘suatu ilmu yang mempelajari asas-asas atau hokum-hukum dalam berfikirm hokum-hukum tersebut harus ditaati supaya pola berfikirnya benar dan mencapai kebenaran’ (Sudiarja, dkk., 2006; Copi, I.M. 1978).
Ciri-ciri dari logika deduktif adalah:
Analitis: Kesimpulan daya tarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-premis yang sudah ada
Tautologies: Kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung dalam premis-premisnya
Apirori: Kesimpulan ditarik tanpa pengamatan indrawi atau operasi kampus.
Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya.

Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya. Seperti halnya dengan induksi, penyimpulan deduksi juga merupakan suatu proses pemikiran, penalaran, hanya saja berbeda dalam titik tolaknya. Proses berpikir deduksi merupakan proses pemikiran dimana akal budi bertitik tolak dalam hal-hal umumpada hakikatnya pengetahuan tentang hal khusus, konkrit tersebut sebelumnya memang sudah terkandung dalam pengetahuan tentang hal umum, hanya saja belum terungkap secara terang-terangan, belum terungkap secara eksplisit.
Metode deduksi merupakan bentuk penyimpulan atau sebagai  proses pemikiran yang kesimpulannya merupakan suatu keharusan untuk mengikuti secara logis dari pangkal pikirnya, premisnya. Jika pangkal pikirnya atau premisnya diakui sebagai hal yang benar maka kesimpulannya harus diterima sebagai hal yang benar pula. Metode deduksi disebut juga deductive inference, deductive reasoning.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih “umum” untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih “khusus”. Dalam penyimpulan deduktif itu, meskipun kesimpulan tersebut merupakan suatu pengetahuan yang baru, pada hakekatnya kesimpulan tersebut sudah cukup di dalam premis-premisnya.

Contoh (1):
Semua manusia butuh makan (Premis Mayor)
Rangkok Jambul adalah manusia (Premis Minor)
Jadi Rangkok Jambul butuh makan (Kesimpulan)

Dari contoh tersebut terlihat bahwa, premis mayor mengandung kebenaran mutlak, karena dalam kenyataannya manusia tidak bisa hidup jika ia tidak makan. Sedangkan premis minornya merupakan jabaran lebih lanjut dari premis minornya sehingga  kedua premis tersebut secara konsisten koheren. Dengan demikian kesimpulannya juga konsisten  dengan premis-premis yang mendahuluinya. Sifat konsisten atau koheren ini menjadi tuntutan mutlak dalam sistem logika deduksi.

Contoh (2):
Semua mahasiswa Unnes rajin belajar (mayor)
Ampal Wilis adalah mahasiswa Unnes (minor)
Jadi Ampal Wilis rajin belajar (kesimpulan)

Dari contoh kedua tersebut premis mayornya berbeda dengan contoh pertama. Contoh kedua premis mayornya belum tentu merupakan kebenaran mutlak. Premis mayor contoh kedua tidak bisa dikatakan kebenaran mutlak sebab  jika dilakukan verivikassi secara langsung, teliti, cermat, dan akurat  belumtentu semua mahasiswa Unnes itu rajin belajar, bisa jadi ada beberapa mahasiswa Unnes yang tidak memenuhi kriteria rajin. Jika hal itu terbukti maka premis mayor contoh  kedua ini tidak benar mutlak.karena premis mayornya tidak benar mutlak maka premis minornya yang haruss konsisten dengan premis mayor juga tidak benar mutlak. Dengan sendirinya kesimpulan harus konsisten dengan premis-premisnya juga tidak benar mutlak.
Penyimpulan deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dari prinsip atau dalil atau kaidah atau hukum menuju contoh-contoh (kesimpulan dari umum ke khusus)
Dalam kehidupan sehari-hari manusia mencerap (mengindera) hal-hal konkrit, khusus, tertentu, kemudian dengan kemampuan akal budinya manusia dapat menangkap unsur keumuman yang terkandung di dalam hal yang konkrit.
Contoh:kita dapat mencerap sorang benama Rama Pati dapat berbicara, Ra Banyak dapat berbicara, Ra Wedeng dapat berbicara, Ra Pangsa dapat berbicara, demikian juga Ra Yuyu dapat berbicara. Dari macam-macam orang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya unsur umum yang sama yaitu kemampuan berbicara. Proses demikian ini merupakan penyimpulan secara induktif
Kelima orang yang dapat berbicara itu tidak dipermasalahkan, apakah Rama Pati berbicara dengan bahasa inggris, Ra Wedeng dengan baha Arab, Ra Banyak dengan bahasa Indonesia, Ra Pangsa dengan bahasa jJepang, dan Ra Yuyu dengan bahasa Cina. Yang paling pokok dari semua itu bahwa mereka semua dapat berbicara
Jadi dapat disimpulkan bahwa, semua orang mempunya kemampuan berbicara. Kesimpulan kita, “bahwa semua orang mampu berbicara” dapat dipakai sebagai pangkal, premis, dalam proses pemikiran secara deduktif.
Semua orang mampu berbicara
Ra Tanca adalah mahluk orang
Jadi ra Tanca mampu berbicara
Dari bentuk penyimpulan deduksi itu, terlihat bahwa faktor konsistensi atau koherensi menjadi tuntutan mutlak.

2.    Penyimpulan Deduksi dalam Kajian Politik

Contoh penyimpulan diskusi dalam bidang sosial politik:
Presiden berkewajiban memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya
Joko Widodo adalah menjabat Presiden
Jadi Joko Widodo berkewajiban memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya.

Dilihat dari sudut pandang logika deduksi, menjadi keharusan bahwa seorang Presiden berkewajiban memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya. Bilamana hal itu diingkari maka Joko Widodo sebagai Presiden juga mengingkari nilai kebenaran, nilai substansial yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang Presiden. Disamping itu, ia dianggap sebagai pemimpin yang tidak konsisten.





BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Metode deduksi merupakan bentuk penyimpulan atau sebagai  proses pemikiran yang kesimpulannya merupakan suatu keharusan untuk mengikuti secara logis dari pangkal pikirnya, premisnya. Sifat konsisten atau koheren ini menjadi tuntutan mutlak dalam sistem logika deduksi.



DAFTAR PUSTAKA
Suyahmo. 2014. Logika. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama
http://anariarizal.blogspot.co.id/2014/10/logika-induktif-dan-logika-deduktif.html
https://habib00ugm.wordpress.com/2011/01/22/logika-deduktif-dan-induktif/
https://ikamakoto.wordpress.com/kuliah-ku/filsafat-ilmu/c-penalaran-logika-deduktif-induktif-dan-metode-ilmiah/
http://bacandroid.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-umum-dan-logika-induktif-dan.html

https://kuliahfilsafat.com/2009/11/22/penyimpulan-deduktif-dan-silogisme/
sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/a/ae/Think.gif/250px-Think.gif

Share this

Previous
Next Post »