Menyoal Permasalahan Sektor Pertanian Untuk Membangun Ketahanan Pangan Nasional


Setiap tanggal 24 September diperingati Hari Tani Nasional sebagai apresiasi terhadap semua jasa petani di Indonesia. Beberapa tahun terakhir petani di Indonesia mengalami berbagai masalah, seperti kekeringan, kelangkaan pupuk, hama, gagal panen, harga jual rendah, dan sebagainya. Selain itu, pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan pada sektor industri, sehingga sektor pertanian menjadi termarjinalisasi.
Sektor pertanian merupakan sektor yang besar dalam membangun ekonomi nasional. Besarnya jumlah penduduk Indonesia yang bekerja dalam sektor pertanian menjadikan petani sebagai kekuatan politik yang rill. Petani mempunyai pengaruh kuat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian. Namun, kenyataan di lapangan terjadi sebaliknya. Tidak adanya keterlibatan petani dalam pembuatan kebijakan sehingga implementasi di lapangan menjadi sangat bias. Bahkan sektor pertanian banyak dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan pribadi individu tertentu.
Di Indonesia, eksploitasi sudah terjadi sejak penjajahan kolonial belanda melalui kebijakan sistem tanam paksa. Dimana petani dipaksa menanam sesuai keinginan pemerintah kolonial belanda, dan hasil panen dibeli dengan harga yang murah untuk kemudian dijual kembali dengan harga yang tinggi. Pasca kemerdekaan, ketika pemerintahan orde baru, pembangunan sektor pertanian terkenal dengan gerakan revolusi hijau. Gerakan revolusi hijau membuat Indonesia menjadi negara swasembada pangan, namun hanya terjadi pada tahun 1984-1989. Di samping itu, gerakan revolusi hijau mengakibatkan kesenjangan ekonomi dan sosial karena hanya menguntungkan petani yang memiliki lahan setengah hektar. Gerakan revolusi hijau membuat investor di kota banyak tertarik untuk menyewa lahan petani, sebab dalam satu tahun bisa tiga kali panen. Sehingga banyak petani yang menjadi buruh di lahan mereka sendiri.
Pada era reformasi permasalahan sektor pertanian menjadi sangat rumit. Beberapa kebijakan pemerintah sangat tidak menguntungkan petani. Salah satunya adalah kebijakan impor beras. Kebijakan impor berass untuk menjaga stok persediaan beras dalam negeri sebenarnya bagus, namun kebijakan impor beras mempunyai dampak negatif terhadap harga jual gabah dan beras dalam negeri menjadi murah sehingga petani gulung tikar. Meskipun bagi masyarakat kota kebijakan impor beras sangat menguntungkan karena harga bahan pokok menjadi murah dan terjangkau.
Kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan dan kelangkaan pupuk menjadi masalah sektor pertanian yang terjadi setiap tahun. Jika itu terjadi dalam skala yang besar maka akan mempengaruhi berkurangnya hasil oen yang besar pula. Bagaimana pemerintah membangun sektor pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia? Apakah mungkin ketahan pangan terwujud jika masih ada permasalahan tersebut stiap tahun? Tentu saja tidak.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah h\tidak boleh mengesampingkan sektor pertanian. Tidak sedikit petani yang gagal panen ketika menghadapi masalah kekeringan, disini lah seharusnya pemerintah hadir memberi solusi bagaimana cara mendapatkan air untuk mengairi lahan pertanian. Sehingga logika yang harus dibangun adalah bagaimana mendapatkan air terlebih dahulu sebelum menggarap lahan pertanian agar tidak terjadi gagal panen.
Perlunya peningkatan peran pemerintah dalam sektor pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Kebijakan pemerintah tidak boleh membuat petani semakin termarjinalkan. Tentunya pemerintah tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini secara sepihak, kontribusi generasi muda dalam sektor pertanian pun dibutuhkan. Sebab generasi muda mempunyai inovasi dalam membangun sektor pertanian. Sehingga sekotor pertanian akan maju sama halnya dengan sektor industri.

Share this

Previous
Next Post »